Bagi perusahaan yang ingin
mengetahui berapa jumlah yang seharusnya dibutuhkan dimasa yang akan datang,
maka periode yang paling relevan digunakan adalah metode cash flow.
Cash flow dimaksudkan penyusunan
penerimaan aliran yang masuk (cash in flow) dan jumlah yang dikeluarkan (cash
out flow), dimana dalam aliran tersebut dapat dilihat jumlah dana yang dimiliki
oleh suatu perusahaan dalam waktu tertentu. Juga dengan cash flow dapat
memberikan pedoman atau dasar bagi pimpinan perusahaan di dalam mengambil
keputusan yang menyangkut kebijaksanaan keuangan terutama mengenai uang tunai
(cash).
“cash flow adalah sebelum pembebanan penyusutan dan diperhitungkan
setelah pajak, tetapi yang dibelanjai dengan modal pinjaman (utang), maka
aliran kas bersih adalah senelum dibebani penyusutan dan bunga tetapi setelah
dibebani pajak”.
Pengertian cash flow yang dikemukakan Sudarmo memberikan suatu
gambaran bahwa proyeksi cash flow adalah meliputi merencanakan pengeluaran uang
kas tersebut untuk kegiatan operasi dan merencanakan uang kas yang akan datang.
Dengan analisa cash flow dapat
diketahui kapan perusahaan mengalami surplus atau deficit kas pada waktu-waktu
yang akan datang. Bila diperkirakan bulan-bulan yang akan datang terdapat
surplus kas yang besar, maka jauh sebelumnya dapat diadakan perencanaan
penggunaan dana tersebut secara efektif dan efisien, demikian pula sebaliknya
jika diperkirakan akan terjadi defisit kas, maka jauh sebelumnya sudah dapat
direncanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bakal ditempuh guna menutupi
defisit kas tersebut.
Dalam penyusunan cash flow baik
yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang, ada dua
macam cara penyusunan cash flow, yaitu :
1.
Direct
Method (Metode langsung)
Dalam metode ini,
pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompok-kelompok
penerimaan kas dan pengeluaran kas dari berbagai operasi secara lengkap.
2. Indirect Method (Metode Tidak
langsung)
Dalam
Indirect Method penyajiannya dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya
disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan dalam pos-pos yang
mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turun pos aktiva dan
hutang lancar.
Present
Worth Analysis
Present worth analysis (analisis
nilai sekarang) didasarkan pada konsep ekuivalensi dimana semua arus kas masuk
dan arus kas keluar diperhitungkan terhadap titik waktu sekarang pada suatu
tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (minimum attractive rate of return –
MARR).
Usia pakai berbagai alternatif yang akan dibandingkan dan
periode analisis yang akan digunakan bisa berada dalam situasi:
1. Usia pakai sama dengan periode
analisis
2. Usia pakai berbeda dengan periode
analisis
3. Periode analisis tak terhingga
Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung Net
Present Value (NPV) dari masing-masing alternatif. NPV diperoleh
menggunakan persamaan:
NPV = PW pendapatan – PW pengeluaran
Untuk alternatif tunggal, jika
diperoleh nilai NPV ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima. Sementara
untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif
dengan NPV terbesar merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih.
Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat independent, dipilih
semua alternatif yang memiliki NPV ≥ 0.
Analisis
Terhadap Alternatif Tunggal
Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan peralatan
baru seharga Rp. 30.000.000. Dengan peralatan baru akan diperoleh penghematan
sebesar Rp. 1.000.000 per tahun selama 8 tahun. Pada akhir tahun ke-8,
peralatan itu memiliki nilai jual Rp. 40.000.000. Jika tingkat suku bunga 12%
per tahun dan digunakan present worth analysis, apakah pembelian peralatan baru
tersebut menguntungkan?
Penyelesaian:
NPV = 40000000(P/F,12%,8) + 1000000(P/A,12%,8) – 30000000
NPV = 40000000(0,40388) + 1000000(4,96764) – 30000000
NPV = -8.877.160
Oleh karena NPV yang diperoleh < 0 maka pembelian
peralatan baru tersebut tidak menguntungkan.
Usia Pakai
Sama dengan Periode Analisis
Jika terdapat lebih dari satu alternatif usia pakai yang
sama, analisis keputusan dapat dilakukan menggunakan periode analisis yang sama
dengan usia pakai alternatif. Dalam kasus ini tidak diperlukan penyelesaian
terhadap arus kas.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk
meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin dengan usia pakai
masing-masing 8 tahun ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin
|
Harga Beli (Rp.)
|
Keuntungan per Tahun (Rp.)
|
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)
|
|
X
|
2500000
|
750000
|
1000000
|
|
Y
|
3500000
|
900000
|
1500000
|
Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin
yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X:
NPV X = 750000(P/A,15%,8) + 1000000(P/F,15%,8) – 2500000
NPV X = 750000(4,48732) + 1000000(0,32690) – 2500000
NPV X = 1192390
Mesin Y
NPV Y = 900000(P/A,15%,8) + 1500000(P/F,15%,8) – 3500000
NPV Y = 900000(4,48732) + 1500000(0,32690) – 3500000
NPV Y = 1028938
Kesimpulan : Pilih mesin X
Usia Pakai
Berbeda dengan Periode Analisis
Pada situasi usia pakai berbeda dengan periode analisis,
digunakan asumsi perulangan (repeatability assumption) dengan periode analisis
yang merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari usia pakai alternatif.
Dengan asumsi itu, alternatif yang telah habis usia pakainya sebelum periode
analisis akhir akan digantikan oleh alternatif yang sama.
Jika asumsi perulangan tidak dapat diterapkan pada suatu
situasi pengambilan keputusan, akan dipilih periode analisis yang sesuai dengan
masalah yang dihadapi (asumsi berakhir bersamaan atau coterminated
assumption). Pada asumsi ini diperlukan penyesuaian arus kas pada alternatif
yang memiliki usia pakai berbeda dengan periode analisis.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk
meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin ditawarkan kepada
perusahaan:
Mesin
|
Usia Pakai (Tahun)
|
Harga Beli (Rp.)
|
Keuntungan per Tahun (Rp.)
|
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)
|
|
X
|
8
|
2500000
|
750000
|
1000000
|
|
Y
|
16
|
3500000
|
900000
|
1500000
|
Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang
seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
NPV X = 750000(P/A,15%,16) + 1000000(P/F,15%,8) +
1000000(P/F,15%,16) – 2500000 – 2500000(P/F,15%,8)
NPV X = 750000(5,95423) + 1000000(0,32690) +
1000000(0,10686) – 2500000 – 2500000(0,32690)
NPV X = 1582182,5
Mesin Y
NPV Y = 900000(P/A,15%,16) + 1500000(P/F,15%,16) – 3500000
NPV Y = 900000(5,95423) + 1500000(0,10686) – 3500000
NPV Y = 2019097
NPV mesin Y, Rp. 2.019.097, lebih besar daripada NPV mesin
X, Rp. 1.582.182,5. Pilih mesin Y.
Periode Analisis Tak Terhingga – Capitalized Worth
Pada situasi dimana periode analisis tak terhingga,
perhitungan NPV dari semua arus masuk dan arus keluar dilakukan dengan
metode capitalized worth (nilai modal). Jika hanya unsur biaya yang
saja yang diperhitungkan, maka hasil yang diperoleh disebutcapitalized cost (biaya
modal)
Capitalized Worth (CW) adalah sejumlah uang yang
harus dimiliki saat ini. Dengan demikian, diperoleh pembayaran yang besarnya
sama selama periode tak terhingga pada tingkat suku bunga i% per periode. Dari
factor bunga majemuk untuk nilai n tak terhingga, didapatkan nilai (P/A,I,n) =
1/i sehingga:
CW = PW n→∞ = A(P/A,i,∞) = A
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk
meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin ditawarkan kepada
perusahaan:
Mesin
|
Usia Pakai (Tahun)
|
Harga Beli (Rp.)
|
Keuntungan per Tahun (Rp.)
|
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)
|
|
X
|
8
|
2500000
|
750000
|
1000000
|
|
Y
|
16
|
3500000
|
900000
|
1500000
|
Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun dan periode analisis
tak hingga, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Dengan capitalized worth, setiap alternatif hanya
dianalisis dengan satu kali usia pakai saja.
Mesin X
CW X = 750000(P/A,15%,∞) + 1000000(A/F,15%,8)(P/A,15%,∞) –
2500000(A/P,15%,8)(P/A,15%,∞)
CW X = 7500000(1/0,15) + 1000000(0,07285)(1/0,15) –
2500000(0,22285)(1/0,15)
CW X = 1771500
Mesin Y
CW Y = 900000(P/A,15%,∞) + 1500000(A/F,15%,9)(P/A,15%,∞) –
3500000(A/P,15%,9)(P/A,15%,∞)
CW Y = 900000(1/0,15) + 1500000(0,05957)(1/0,15) –
3500000(0,20957)(1/0,15)
CW Y = 1705733,33
CW mesin X, Rp. 1.771.500 lebih besar daripada CW mesin Y,
Rp. 1.705.733,33. Untuk itu pilih mesin X.
Sumber : http://www.ilmu-ekonomi.com/2012/03/konsep-analisis-cash-flow.html http://fikrytrynugroho.blogspot.com/2013/11/analisis-ekivalensi-cash-flow.html
No comments:
Post a Comment