Monday, November 18, 2013

Analisis dan Ekuivalensi Cash Flow

Bagi perusahaan yang ingin mengetahui berapa jumlah yang seharusnya dibutuhkan dimasa yang akan datang, maka periode yang paling relevan digunakan adalah metode cash flow.

Cash flow dimaksudkan penyusunan penerimaan aliran yang masuk (cash in flow) dan jumlah yang dikeluarkan (cash out flow), dimana dalam aliran tersebut dapat dilihat jumlah dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam waktu tertentu.  Juga dengan cash flow dapat memberikan pedoman atau dasar bagi pimpinan perusahaan di dalam mengambil keputusan yang menyangkut kebijaksanaan keuangan terutama mengenai uang tunai (cash).

“cash flow adalah sebelum pembebanan penyusutan dan diperhitungkan setelah pajak, tetapi yang dibelanjai dengan modal pinjaman (utang), maka aliran kas bersih adalah senelum dibebani penyusutan dan bunga tetapi setelah dibebani pajak”.

Pengertian cash flow yang dikemukakan Sudarmo memberikan suatu gambaran bahwa proyeksi cash flow adalah meliputi merencanakan pengeluaran uang kas tersebut untuk kegiatan operasi dan merencanakan uang kas yang akan datang.

Dengan analisa cash flow dapat diketahui kapan perusahaan mengalami surplus atau deficit kas pada waktu-waktu yang akan datang.  Bila diperkirakan bulan-bulan yang akan datang terdapat surplus kas yang besar, maka jauh sebelumnya dapat diadakan perencanaan penggunaan dana tersebut secara efektif dan efisien, demikian pula sebaliknya jika diperkirakan akan terjadi defisit kas, maka jauh sebelumnya sudah dapat direncanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bakal ditempuh guna menutupi defisit kas tersebut.

Dalam penyusunan cash flow baik yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang,  ada dua macam cara penyusunan cash flow, yaitu :

      1.      Direct Method (Metode langsung)

Dalam metode ini, pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari berbagai operasi secara lengkap.

     2.       Indirect Method (Metode Tidak langsung)

Dalam Indirect Method penyajiannya dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turun pos aktiva dan hutang lancar.

Present Worth Analysis

Present worth analysis (analisis nilai sekarang) didasarkan pada konsep ekuivalensi dimana semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan terhadap titik waktu sekarang pada suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (minimum attractive rate of return – MARR).
Usia pakai berbagai alternatif yang akan dibandingkan dan periode analisis yang akan digunakan bisa berada dalam situasi:
1.     Usia pakai sama dengan periode analisis
2.     Usia pakai berbeda dengan periode analisis
3.     Periode analisis tak terhingga
Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung Net Present Value (NPV) dari masing-masing alternatif. NPV diperoleh menggunakan persamaan:
NPV = PW pendapatan – PW pengeluaran
Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai NPV ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima. Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif dengan NPV terbesar merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat independent, dipilih semua alternatif yang memiliki NPV ≥ 0.

Analisis Terhadap Alternatif Tunggal

Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan peralatan baru seharga Rp. 30.000.000. Dengan peralatan baru akan diperoleh penghematan sebesar Rp. 1.000.000 per tahun selama 8 tahun. Pada akhir tahun ke-8, peralatan itu memiliki nilai jual Rp. 40.000.000. Jika tingkat suku bunga 12% per tahun dan digunakan present worth analysis, apakah pembelian peralatan baru tersebut menguntungkan?
Penyelesaian:
NPV = 40000000(P/F,12%,8) + 1000000(P/A,12%,8) – 30000000
NPV = 40000000(0,40388) + 1000000(4,96764) – 30000000
NPV = -8.877.160
Oleh karena NPV yang diperoleh < 0 maka pembelian peralatan baru tersebut tidak menguntungkan.

Usia Pakai Sama dengan Periode Analisis

Jika terdapat lebih dari satu alternatif usia pakai yang sama, analisis keputusan dapat dilakukan menggunakan periode analisis yang sama dengan usia pakai alternatif. Dalam kasus ini tidak diperlukan penyelesaian terhadap arus kas.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin
Harga Beli (Rp.)
Keuntungan per Tahun (Rp.)
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)
X
2500000
750000
1000000
Y
3500000
900000
1500000
Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X:
NPV X = 750000(P/A,15%,8) + 1000000(P/F,15%,8) – 2500000
NPV X = 750000(4,48732) + 1000000(0,32690) – 2500000
NPV X = 1192390
Mesin Y
NPV Y = 900000(P/A,15%,8) + 1500000(P/F,15%,8) – 3500000
NPV Y = 900000(4,48732) + 1500000(0,32690) – 3500000
NPV Y = 1028938
Kesimpulan : Pilih mesin X

Usia Pakai Berbeda dengan Periode Analisis

Pada situasi usia pakai berbeda dengan periode analisis, digunakan asumsi perulangan (repeatability assumption) dengan periode analisis yang merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari usia pakai alternatif. Dengan asumsi itu, alternatif yang telah habis usia pakainya sebelum periode analisis akhir akan digantikan oleh alternatif yang sama.
Jika asumsi perulangan tidak dapat diterapkan pada suatu situasi pengambilan keputusan, akan dipilih periode analisis yang sesuai dengan masalah yang dihadapi (asumsi berakhir bersamaan atau coterminated assumption). Pada asumsi ini diperlukan penyesuaian arus kas pada alternatif yang memiliki usia pakai berbeda dengan periode analisis.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin
Usia Pakai (Tahun)
Harga Beli (Rp.)
Keuntungan per Tahun (Rp.)
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)
X
8
2500000
750000
1000000
Y
16
3500000
900000
1500000

Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
NPV X = 750000(P/A,15%,16) + 1000000(P/F,15%,8) + 1000000(P/F,15%,16) – 2500000 – 2500000(P/F,15%,8)
NPV X = 750000(5,95423) + 1000000(0,32690) + 1000000(0,10686) – 2500000 – 2500000(0,32690)
NPV X = 1582182,5
Mesin Y
NPV Y = 900000(P/A,15%,16) + 1500000(P/F,15%,16) – 3500000
NPV Y = 900000(5,95423) + 1500000(0,10686) – 3500000
NPV Y = 2019097
NPV mesin Y, Rp. 2.019.097, lebih besar daripada NPV mesin X, Rp. 1.582.182,5. Pilih mesin Y.

Periode Analisis Tak Terhingga – Capitalized Worth
Pada situasi dimana periode analisis tak terhingga, perhitungan NPV dari semua arus masuk dan arus keluar dilakukan dengan metode capitalized worth (nilai modal). Jika hanya unsur biaya yang saja yang diperhitungkan, maka hasil yang diperoleh disebutcapitalized cost (biaya modal)
Capitalized Worth (CW) adalah sejumlah uang yang harus dimiliki saat ini. Dengan demikian, diperoleh pembayaran yang besarnya sama selama periode tak terhingga pada tingkat suku bunga i% per periode. Dari factor bunga majemuk untuk nilai n tak terhingga, didapatkan nilai (P/A,I,n) = 1/i sehingga:
CW = PW n→∞ = A(P/A,i,∞) = A
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya. Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:

Mesin
Usia Pakai (Tahun)
Harga Beli (Rp.)
Keuntungan per Tahun (Rp.)
Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)
X
8
2500000
750000
1000000
Y
16
3500000
900000
1500000
Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun dan periode analisis tak hingga, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.

Penyelesaian:
Dengan capitalized worth, setiap alternatif hanya dianalisis dengan satu kali usia pakai saja.
Mesin X
CW X = 750000(P/A,15%,∞) + 1000000(A/F,15%,8)(P/A,15%,∞) – 2500000(A/P,15%,8)(P/A,15%,∞)
CW X = 7500000(1/0,15) + 1000000(0,07285)(1/0,15) – 2500000(0,22285)(1/0,15)
CW X = 1771500
Mesin Y
CW Y = 900000(P/A,15%,∞) + 1500000(A/F,15%,9)(P/A,15%,∞) – 3500000(A/P,15%,9)(P/A,15%,∞)
CW Y = 900000(1/0,15) + 1500000(0,05957)(1/0,15) – 3500000(0,20957)(1/0,15)
CW Y = 1705733,33
CW mesin X, Rp. 1.771.500 lebih besar daripada CW mesin Y, Rp. 1.705.733,33. Untuk itu pilih mesin X.



No comments:

Post a Comment