Tuesday, March 17, 2015

Fakta dan Bahaya Merokok

Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lag i bagi kita. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Kebiasaan merokok memang sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Padahal efek-efek yang merugikan akibat merokok sudah diketahui dengan jelas.

Indonesia sebagai salah satu negara terpadat di dunia pasti memiliki cerita tersendiri mengenai benda satu ini. Karena sebagian orang Indonesia menganggap rokok merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Nah, berikut ini kami menjelaskan data dan fakta mengenai konsumsi rokok di negara tercinta kita ini.

Konsumsi Tembakau
  • Indonesia salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia.
  • Indonesia mengalami peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir: dari 33 milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000. Antara tahun 1970 dan 1980, Konsumsi meningkat sebesar 159 %. Faktor-faktor yang ikut berperan adalah iklim  ekonomi yang positif dan mekanisasi produksi rokok di tahun 1974.
  • Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau – walaupun terjadi krisis ekonomi.
Prevalensi Merokok
  • Hampir satu dari tiga orang dewasa merokok. Prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995 Lebih dari 6 dari 10 pria merokok, namun sedikit wanita yang merokok. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Hanya 1,3% wanita dilaporkan merokok secara teratur pada tahun 2001.
  • Lebih banyak pria di pedesaan yang merokok. Prevalensi merokok di kalangan pria dewasa di pedesaan adalah 67,0 % dibandingkan dengan 58,3 % di perkotaan. 73% pria tanpa pendidikan formal merokok. Lebih dari 7 dari 10 (73%) pria tanpa pendidikan formal merokok, dibandingkan dengan 44,2% pada mereka yang tamat SLTA.
  • Pria berpenghasilan rendah prevalensi lebih tinggi namun konsumsi lebih rendah. Makin rendah penghasilan, makin tinggi prevalensi merokoknya. Sebanyak 62,9% pria berpenghasilan rendah merokok secara teratur dibandingkan dengan 57,4% pada pria berpenghasilan tinggi. Namun pendidikan yang lebih tinggi berarti konsumsi yang lebih tinggi pula. Pria berpenghasilan tinggi  merokok sekitar 12,4 batang per hari dibandingkan dengan 10,2 batang pada pria berpenghasilan rendah.
Umur Mulai Merokok
  • Sebagian besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum umur 19 tahun, saat masih anak-anak atau remaja. Rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001.
  • Prevalensi pria perokok meningkat cepat setelah umur 10 sampai 14 tahun. 
  • Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun).
  • Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara 1995 dan 2001 – lebih tinggi dari kelompok lain manapun.
Paparan asap tembakau lingkungan atau perokok pasif
  • Lebih dari 43 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan (ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga mempunyai sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya (91.8%) merokok di dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar pada asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan (ETS).
  • ETS menyebabkan kanker. Bayi dan anak yang terpapar ETS mengalami  peningkatan resiko terkena bronkitis, pneumonia, infeksi telinga, serta perlambatan pertumbuhan paru-paru. Orang dewasa bukan perokok yang terus menerus terpapar ETS mengalami peningkatan resiko kanker paru dan jenis kanker lainnya. 
sumber : Depkes RI

No comments:

Post a Comment